Welcome to My Blog :)

Selasa, 16 Desember 2014

Cerpen : Oh Layla

Cerpen ini gue dedikasiin buat sahabat sekaligus inovator gue Layla~


Oh Layla
Siang itu, warga SMA Conggeang digemparkan dengan kabar adanya murid baru yang dikabarkan bertubuh mungil. SMA Conggeang adalah sekolahku yang berada di pedalaman kabupaten Sumedang, yang terletak tak jauh di bawah kaki gunung tampomas. Semua murid ingin tahu bagaimana perawakan dari murid baru itu. Kebetulan kelasku berada dekat dengan ruang wakasek kesiswaan, sehingga murid baru itu harus melewati ruang kelasku, sebelum melakukan administrasi di ruang wakasek. Sontak semua teman-temanku di kelas, memperhatikan murid baru itu, yang berperawakan mini, tingginya tidak mencapai satu meter, tangan dan kakinya kecil, namun wajahnya tetap cantik dibalut dengan kerundung, dari wajahnya ia tampak seperti remaja seusiaku, namun dari perawakannya ia seperti anak kecil.
                Namanya Layla Nusaibah, dia masuk ke kelas bahasa yang berada di samping kelasku. Minggu pertama dia berada di sekolah, dia menjadi buah bibir oleh semua warga sekolah, dari guru hingga murid, membicarakannya. Guru agamaku mengatakan:
“Saya sungguh terkesan dengan murid baru itu, walau dia berbeda dengan kalian, tapi dia tak pernah merasa beda. Segala sesuatu dia lakukan sendiri, duduk di kursi dia lakukan sendiri, tidak hanya itu dia berani untuk mengungkapkan pendapatnya kepada guru yang mengajar, itulah keagungan Allah dibalik kekurangan manusia pasti ada kelebihannya, beruntunglah kalian yang memiliki bentuk tubuh yang sempurna. Kalian yang sempurna jangan kalah untuk berprestasi.”
Seperti itu kira-kira yang beliau katakan kepada kami di kelas. Dari perkataan beliau, aku mengucap syukur kepada Allah SWT, yang telah memberiku bentuk yang sempurna, aku menjadi penasaran dengan sosok Layla ini, aku ingin tahu bagaimana dia.
                Aku adalah salah satu anggota Osis yang kebetulan aktif dalam pramuka, dan saat itu akan diadakan Pelantikan Bantara bagi murid baru. Layla ingin bergabung dengan pramuka, disinilah aku mengenal sosok Layla. Tingginya hanya sampai lututku, dia dan adikku pun lebih tinggi adikku. Aku terkejut melihat dia dari dekat, ternyata dia lebih pendek dari yang kulihat sekilas. Namun dia periang, dan tidak pernah malu dengan kondisi dia yang seperti itu. Ketika kami akan melakukan rapat di uang osis, kami duduk di kursi yang berbentuk huruf U, Layla ada di sampingku, ketika aku duduk, aku melihat cara dia untuk bisa duduk seperti kami, caranya berbeda dengan kami, dia harus menaiki tangga kursi dan akhirnya bisa duduk, melihatnya seperti itu, ingin rasanya aku membantunya, namun teman disampingku melarangku untuk membantunya. Dia mengatakan bahwa kalau kita membantunya, Layla akan marah. Dalam hati aku bergumam, bukankah kita akan senang apabila kita dibantu oleh orang lain, malah aku selalu mengharapkan bantuan dari orang lain, agar pekerjaanku cepat selesai, tapi Layla dia tidak ingin ada orang lain membantunya, karena dia yakin pada dirinya bahwa dia bisa mengerjakan semuanya sendiri, tanpa harus dibantu orang lain.
                Senin itu, seperti biasa kami melakukan upacara. Tiba-tiba Layla merasa pusing kemudian dia dibawa oleh salah satu temanku ke Ruang UKS, namun ditengah perjalanan menuju UKS, tiba-tiba salah seorang guru menghampirinya, dan menggendongnya karena merasa kasian melihatnya jalan sambil memegangi kepala. Setibanya di ruang UKS Layla langsung meminta turun, dan marah kepada guru tersebut sambil berkata
“Aku bisa jalan sendiri pak.”
Beliau pun kaget dengan reaksi Layla yang seperti itu, padahal niatnya baik, beliau kasian dan ingin memudahkannya untuk sampai ke ruang UKS, namun seperti biasa dia tidak ingin dibantu, dia tak ingin merasa diistimewakan. Dari sini aku belajar bahwa orang yang memang seharusnya diistimewakan karena kekurangannya saja tidak ingin diistimewakan, tapi aku terkadang selalu ingin diistimewakan oleh guru maupun oleh orang tuaku. Aku semakin kagum dengan sosoknya ini.
                Tidak hanya periang, dan baik hati, sosoknya pun pintar, dia bisa mengerjakan soal matematika yang dianggap sulit dikerjakan oleh teman-teman sekelasnya. Dia pun selalu maju ke depan kelas, apabila ada salah satu temannya yang tidak mengerti dengan apa yang diajarkan, sehingga dia sangat dicintai oleh guru maupun teman sekelasnya. Hari itu adalah hari pengumuman SNMPTN Undangan, aku merasa yakin aku bisa masuk ke Universitas yang aku inginkan, dan aku meremehkan Layla, aku pikir dia tidak akan lulus, karena dia berkata bahwa dia hanya coba-coba mengisi form SNMPTN itu. Namun ternyata dia lulus masuk ke Universitas Pendidikan Indonesia dengan jurusan Pendidikan Luar Sekolah, yang tak pernah dia sangka, dan aku tak masuk ke universitas yang ku inginkan. Disinilah aku sadar, betapa pun kita yakin bahwa kita bisa melakukan sesuatu, belum tentu Allah merestui niat kita, malah justru orang yang hanya mencoba-coba bisa menjadi sukses yang tak disangka-sangka. Layla anak kecil tapi otak besar, aku percaya bahwa dibalik kekurangan seseorang pasti ada kelebihan, dan aku percaya Allah telah merencanakan yang terbaik untuk masa depan kami.
                Itulah dia sahabatku Layla, yang bisa mengubah pandangan hidupku. Sebelum aku mengenalnya, aku selalu berusaha untuk menjadi seseorang yang istimewa dan selalu inghin diistimewakan, padahal aku tak pantas untuk diistimewakan dengan kondisiku yang sempurna ini. Melihat sosoknya, aku malu, dia saja yang seharusnya diistimewakan, justru tidak ingin untuk distimewakan. Dari sosoknya ini, aku belajar bagaimana menjadi seseorang yang tak pantang menyerah, dan selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah Allah berikan, karena dibalik kekurangan seseorang pasti memiliki kelebihan.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar