Cerpen ini gue dedikasiin buat sahabat sekaligus inovator gue Layla~
Oh Layla
Siang itu, warga SMA Conggeang digemparkan dengan kabar adanya murid baru
yang dikabarkan bertubuh mungil. SMA Conggeang adalah sekolahku yang berada di
pedalaman kabupaten Sumedang, yang terletak tak jauh di bawah kaki gunung tampomas.
Semua murid ingin tahu bagaimana perawakan dari murid baru itu. Kebetulan
kelasku berada dekat dengan ruang wakasek kesiswaan, sehingga murid baru itu
harus melewati ruang kelasku, sebelum melakukan administrasi di ruang wakasek.
Sontak semua teman-temanku di kelas, memperhatikan murid baru itu, yang
berperawakan mini, tingginya tidak mencapai satu meter, tangan dan kakinya
kecil, namun wajahnya tetap cantik dibalut dengan kerundung, dari wajahnya ia
tampak seperti remaja seusiaku, namun dari perawakannya ia seperti anak kecil.
Namanya Layla Nusaibah, dia
masuk ke kelas bahasa yang berada di samping kelasku. Minggu pertama dia berada
di sekolah, dia menjadi buah bibir oleh semua warga sekolah, dari guru hingga
murid, membicarakannya. Guru agamaku mengatakan:
“Saya sungguh terkesan dengan murid baru itu, walau dia berbeda dengan
kalian, tapi dia tak pernah merasa beda. Segala sesuatu dia lakukan sendiri,
duduk di kursi dia lakukan sendiri, tidak hanya itu dia berani untuk
mengungkapkan pendapatnya kepada guru yang mengajar, itulah keagungan Allah
dibalik kekurangan manusia pasti ada kelebihannya, beruntunglah kalian yang
memiliki bentuk tubuh yang sempurna. Kalian yang sempurna jangan kalah untuk
berprestasi.”
Seperti itu kira-kira yang beliau katakan kepada kami di kelas. Dari
perkataan beliau, aku mengucap syukur kepada Allah SWT, yang telah memberiku
bentuk yang sempurna, aku menjadi penasaran dengan sosok Layla ini, aku ingin
tahu bagaimana dia.
Aku adalah salah satu anggota Osis
yang kebetulan aktif dalam pramuka, dan saat itu akan diadakan Pelantikan
Bantara bagi murid baru. Layla ingin bergabung dengan pramuka, disinilah aku
mengenal sosok Layla. Tingginya hanya sampai lututku, dia dan adikku pun lebih
tinggi adikku. Aku terkejut melihat dia dari dekat, ternyata dia lebih pendek
dari yang kulihat sekilas. Namun dia periang, dan tidak pernah malu dengan
kondisi dia yang seperti itu. Ketika kami akan melakukan rapat di uang osis,
kami duduk di kursi yang berbentuk huruf U, Layla ada di sampingku, ketika aku
duduk, aku melihat cara dia untuk bisa duduk seperti kami, caranya berbeda
dengan kami, dia harus menaiki tangga kursi dan akhirnya bisa duduk, melihatnya
seperti itu, ingin rasanya aku membantunya, namun teman disampingku melarangku
untuk membantunya. Dia mengatakan bahwa kalau kita membantunya, Layla akan marah.
Dalam hati aku bergumam, bukankah kita akan senang apabila kita dibantu oleh
orang lain, malah aku selalu mengharapkan bantuan dari orang lain, agar
pekerjaanku cepat selesai, tapi Layla dia tidak ingin ada orang lain
membantunya, karena dia yakin pada dirinya bahwa dia bisa mengerjakan semuanya
sendiri, tanpa harus dibantu orang lain.
Senin itu, seperti biasa kami
melakukan upacara. Tiba-tiba Layla merasa pusing kemudian dia dibawa oleh salah
satu temanku ke Ruang UKS, namun ditengah perjalanan menuju UKS, tiba-tiba
salah seorang guru menghampirinya, dan menggendongnya karena merasa kasian
melihatnya jalan sambil memegangi kepala. Setibanya di ruang UKS Layla langsung
meminta turun, dan marah kepada guru tersebut sambil berkata
“Aku bisa jalan sendiri pak.”
Beliau pun kaget dengan reaksi Layla yang seperti itu, padahal niatnya
baik, beliau kasian dan ingin memudahkannya untuk sampai ke ruang UKS, namun
seperti biasa dia tidak ingin dibantu, dia tak ingin merasa diistimewakan. Dari
sini aku belajar bahwa orang yang memang seharusnya diistimewakan karena
kekurangannya saja tidak ingin diistimewakan, tapi aku terkadang selalu ingin
diistimewakan oleh guru maupun oleh orang tuaku. Aku semakin kagum dengan
sosoknya ini.
Tidak hanya periang, dan baik
hati, sosoknya pun pintar, dia bisa mengerjakan soal matematika yang dianggap
sulit dikerjakan oleh teman-teman sekelasnya. Dia pun selalu maju ke depan
kelas, apabila ada salah satu temannya yang tidak mengerti dengan apa yang
diajarkan, sehingga dia sangat dicintai oleh guru maupun teman sekelasnya. Hari
itu adalah hari pengumuman SNMPTN Undangan, aku merasa yakin aku bisa masuk ke
Universitas yang aku inginkan, dan aku meremehkan Layla, aku pikir dia tidak
akan lulus, karena dia berkata bahwa dia hanya coba-coba mengisi form SNMPTN
itu. Namun ternyata dia lulus masuk ke Universitas Pendidikan Indonesia dengan
jurusan Pendidikan Luar Sekolah, yang tak pernah dia sangka, dan aku tak masuk
ke universitas yang ku inginkan. Disinilah aku sadar, betapa pun kita yakin
bahwa kita bisa melakukan sesuatu, belum tentu Allah merestui niat kita, malah
justru orang yang hanya mencoba-coba bisa menjadi sukses yang tak
disangka-sangka. Layla anak kecil tapi otak besar, aku percaya bahwa dibalik
kekurangan seseorang pasti ada kelebihan, dan aku percaya Allah telah
merencanakan yang terbaik untuk masa depan kami.
Itulah dia sahabatku Layla, yang
bisa mengubah pandangan hidupku. Sebelum aku mengenalnya, aku selalu berusaha untuk
menjadi seseorang yang istimewa dan selalu inghin diistimewakan, padahal aku
tak pantas untuk diistimewakan dengan kondisiku yang sempurna ini. Melihat
sosoknya, aku malu, dia saja yang seharusnya diistimewakan, justru tidak ingin
untuk distimewakan. Dari sosoknya ini, aku belajar bagaimana menjadi seseorang
yang tak pantang menyerah, dan selalu bersyukur atas segala nikmat yang telah
Allah berikan, karena dibalik kekurangan seseorang pasti memiliki kelebihan.