Direktur Eksekutif Serikat Perusahaan Pers
pusat Asmono Wikan mengungkapkan tren digitalisasi atau online saat ini membuat segala hal yang berbau cetak sudah tidak
relevan lagi sehingga bisnis media cetak mulai tidak disukai oleh pembaca. Berdasarkan pantauan SPS tren online yang membuat industri
percetakan meredup karena eksistensi kalah dengan media lainya terutama dengan media online
Lebih jauh dia mengatakan meredupnya industri media cetak itu bisa dibuktikan dengan hasil
sirkulasi yang tumbuh sangat memprihatinkan yakni hanya 0,25 persen saja dari
1200 surat kabar yang ada di Indonesia. Ada
beberapa negara yang masih bisa mempertahankan media cetak meski sirkulasinya
sangat sedikit yaitu India, China dan Berazil. http://www.bengkuluonline.com
Ditanya mengenai meredupnya surat kabar
cetak Mahasiswa Komunikasi IPB Arini Puspita mengatakan bahwa sesungguhnya
surat kabar cetak tidak berada diambang kematian. Hal ini karena sesungguhnya
tergantung kepada individu yang ingin membacanya. Surat kabar cetak lebih mudah
didapat dibanding dengan surat kabar online
dan lebih praktis, tanpa harus membuka gadget ataupun mengisi pulsa untuk bisa
mengakses berita.
Berbeda halnya dengan Febri Anggraeni
Mahasiswa Komunikasi IPB yang mengatakan bahwa memang benar sekarang surat
kabar cetak sudah beada diambang kematian, hal ini terlihat dari semakin banyaknya
situs berita online yang saat ini
ada. Tidak hanya itu melalui surat kabar online
kita dapat mengetahui suatu peristiwa dengan cepat, walau berita yang
didapat tidak seaktual dari surat kabar cetak.
Melihat dari hasil pantauan SPS yang
membuat industri percetakan meredup dikarenakan eksistensinya kalah dengan
media online, memang benar adanya.
Media online lebih cepat
mempublikasikan berita dan pada saat itu juga bisa diakses oleh penggunanya,
sedangkan media cetak harus menunggu keesokan hari untuk kita bisa membacanya.
Walaupun begitu, berita di media cetak lebih akurat dari pada di media online.
Meredupnya industri media cetak dibuktikan
dengan hasil sirkulasi yang sangat memprihatinkan yakni hanya 0,25 persen dari
1200 surat kabar yang ada. Hanya
seperempatnya saja koran yang dapat terjual dan diakses oleh masyarakat di
Indonesia, berbeda halnya dengan negara lain seperti India, China dan Berazil,
walaupun jumlahnya tak jauh berbeda dengan Indonesia, tetapi mereka menggunakan
surat kabar cetak untuk mendapatkan berita sehingga surat kabar cetak tetap
berjaya, walau hanya dikalangan tertentu. Berbeda halnya dengan di Indonesia
kebanyakan masyarakat indonesia lebih memilih surat kabar online untuk mengakses informsi, dengan alasan aksesnya lebih mudah
dan lebih cepat mengetahui tentang peristiwa yang terjadi.
Surat kabar cetak bisa dikatakan berada
diambang kematian, hal ini terlihat dari semakin berkurangnya masyarakat yang
menggunakan surat kabar cetak untuk memperoleh informasi mengenai sebuah
peristiwa. Kebanyakan mereka lebih memilih mengakses berita melalui media online, hal ini didukung oleh adanya teknologi
yang semakin canggih, yang dapat memudahkan untuk mengakses informasi terbaru
dengan cepat dan dapat diperbaharui apabila ada kekurang informsi. Walaupun
surat kabar online lebih cepat dalam
mempublikasikan berita namun surat kabar cetak lebih akurat dan mendetail dalam
menyajikan suatu informasi, sehingga tidak akan terjadi kesalahan informasi
yang diterima oleh masyarakat.
Surat kabar cetak maupun surat kabar online memiliki ciri khas serta
kelemahan dan kelebihan tersendiri. Walaupun sekarang surat kabar online lebih diminati oleh masyarakat,
namun tetap masih ada kalangan yang lebih memilih surat kabar cetak untuk
memperoleh informasi. Dengan demikian diharapkan surat kabar cetak maupun surat
kabar online dapat berjalan beriringan tanpa harus adanya yang harus gulung
tikar.
Itulah pekerjaan saya mengenai opini surat kabar cetek diambang kematian yag merupakan tugas dari Mata Kuliah Teknik Penulisan Media Cetak. Semoga bermanfaat :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar