Welcome to My Blog :)

Minggu, 20 Januari 2019

Kami Berbagi Cerita

Awal aku mengenalnya, dan dia bercerita padaku....

Aneh... Takut... Merinding... Ngilu.. seram...
Itu yang pertama kali aku rasakan ketika aku melihat sosok-sosok yg sebelumnya tidak pernah aku lihat.

Aneh, karena untuk pertama kali aku melihat makhluk-makhluk yg cukup mengerikan ada disekitar aku. Takut karena memang bentuknya yg tidak normal layaknya manusia pada umumnya. Merinding karena apa yg aku lihat bukan sesuatu yg wajar aku lihat. Ngilu karena tak jarang aku melihat bentuk asli mereka yg berlumuran darah atau bagian tubuhnya yg hilang entah kemana. Seram karena mereka pucat pasi dan tidak berjalan layaknya manusia normal.

Aku tidak mengerti kenapa tingkat kesensitifanku terhadap hal semacam ini tiba-tiba meningkat, setelah kejadian memilukan dua tahun lalu. Jika harus ku ceritakan secara tidak langsung aku bersentuhan dengan makhluk-makhluk tak kasat mata yg ingin mencelakaiku. Pemukulan yg dilakukan mantan ayah tiriku itu ternyata disertai dengan ketidakwajaran pada tubuhku. Kalian bayangkan saja, mana mungkin pukulan di telinga bagian kanan bisa melumpuhkan anggota tubuhku sebelah kanan hingga tangan kananku tidak bisa diangkat, leherku serasa akan patah diijak telingaku sakit luar biasa, tak jarang ketika itu aku sering menangis. Sakit rasanya. Jalur medis di tempuh, berobat ke berbagai dokter dari dokter umum hingga ke dokter saraf di salah satu rumah sakit terbesar di provinsi Jawa Barat tapi tidak membuahkan hasil apapun, diagnosa mereka hanya aku terkena radang. Tangan kananku membengkak, tiap malam sakit, aku hanya akan tidur jika aku bagian yg sakit diusap dilafalkan asma Allah. Hingga akhirnya keluarga memutuskan untuk memanggil ustadzah ketika aku benar-benar merasakan kesakitan. Ketika dipegang ustadzah mengatakan bahwa ada amalan-amalan yg dilakukan si pemukul itu. Akhirnya jalur alternatif diambil, karena berbagai obat yang aku konsumsi tidak membuahkan hasil apapun. Tiga orang ustadz mengatakan hal yg sama. Sedihnya aku kala itu. Betapa jahat dan piciknya manusia itu. Dan ini memang aneh rasa sakit yg luar biasa selalu datang menjelang magrib hingga tengah malam.

Sejak saat itu aku merasa lebih sensitif. Hingga akhirnya aku bisa berkenalan dan berteman dengan seorang anak bule. Setan itu tidak ada itu qorin blablabla. Jika tidak ada aku pun tidak akan merasakan sakit yg luar biasa selama lebih dari satu tahun karena setan itu diperintahkan untuk melakukan sesuatu dengan diberikan imbalan entah apa itu. Ga boleh liat hantu, hantu itu tidak ada, mereka gaib ga ada. Lalu jika tidak ada bukankah Allah menciptakan jin dan manusia untuk menyembahNya. Setiap hari kita bersentuhan dengan makhluk-mahkluk gaib itu, meski dengan bentukan yg bermacam-macam. Percaya atau tidak tapi memang itu ada. Kenapa aku berteman dengan hantu? Aku tidak pernah memintanya untuk berteman denganku. Tapi dia yg mengulurkan tangannya padaku ingin berteman denganku.

Jika aku tidak pergi dari rumah aku tidak akan pernah tau akan hal ini. Banyak alasan yg melatarbelakangi aku pergi, aku pergi untuk kebaikan, itu niatku. Mencari pekerjaan di kota baru. Dan pergilah aku ke suatu kota. Berat memang awalnya memutuskan untuk hijrah. Tapi hidup harus tetap berjalan. Aku ingin melupakan kisah kelamku disana, aku ingin memperbaiki hidupku, yang kemudian ku putuskan untuk hijrah dari tempat yg aku rasa buruk denganku karena rasa sakit yg aku rasakan belum sepenuhnya hilang dan aku ingin bisa kembali seperti dulu. Sakit fisik dan batin. Dari luar orang tidak akan mengira bahwa aku sakit. Karena aku terlihat normal. Dua tahun lalu aku mengalami kejadian tidak menyenangkan sekaligus memilukan. Dia suami ibuku memukulku di bagian telinga kanan. Sakit jelas. Tapi setidaknya aku berjuang untuk ibuku pikirku. Orang disekitarku malah menyalahkanku dan hanya bisa nyinyir akan nasib ibuku. Tapi aku disini digarda paling depan membelanya. Masih ingat jelas bagaimana cara dia memukulku dengan tangan kanannya begitu kecang hingga wajahku terbanting, mata si pemukul itu merah menyala seperti api, manusia yg seperti setan. Mengerikan. Sejak saat itu aku tidak ingin melihat wajahnya tidak ingin mendengar suaranya bagiku dia orang paling jahat yang ada di dunia ini sejak pertama dia menikahi ibuku. Mungkin dulu tidak ada orang yang tau bagaimana dia sesungguhnya tapi aku tahu, dan aku hanya diam. Aku membencinya! Tapi aku berusaha untuk tidak membencinya karena itu adalah hal yang salah. Apa bedanya aku dengannya jika aku membencinya, namun tetap saja aku tidak pernah mau melihat wajahnya selamanya. Tidak ada itikad baik juga kepadaku. Mungkin pikirnya aku anak yatim yg tidak memiliki ayah jdi dia bisa memukulku dan memperlakukanku seperti itu. Sebelum aku dipukul, aku sering dia mengumpat tentangku, bahkan menghina keluarga besarku, nenekku yg sudah tiada menjadi salah satu korban. Dia pikir dia siapa, manusia paling sempurna dari keluarga sempurna? Siapa dia. Karena memang sejak awal aku tidak pernah suka dengannya bukan hanya aku yg tidak suka tapi seluruh keluargaku, tpi cinta itu buta mengalahkan segalanya. Aku korban cinta buta ibuku. Dan sebenrnya dia juga korban cinta tanpa logika itu, butuh enam belas tahun agar dia mengerti agar dia sadar.

Hijrahlah aku dengan harapan besar akan kehidupan baru, pekerjaan baru, hidup normal seperti manusia pada umumnya, anak gadis pada umumnya. Rasanya selama enam belas tahun aku hidup bagai dijeruji besi. Harus menuruti apa yg tidak aku sukai. Jika difikir kurang nurut apa aku ini, dipaksa menerima laki-laki yg tidak aku sukai sebagai ayah, harus memanggil dia "bapak" tanda tangan di rapot harus dia, kemana-mana harus diantar dia, agar orang melihat bahwa dia sangat menyayangiku, padahal nyatanya? Parasit! Aku muak dengan masa lalu yg memilukan. Ketika kakek dan nenekku masih ada, hidupku masih terjamin aman, namun ketika mereka tak ada semua berubah 180 drajat.
Aku tiba disana sekitar menjelang magrib. Dan di samping tempat yg akan aku diami ada satu rumah putih bergaya khas belanda yg terbilang bagus dan masih asri, awalnya ku pikir rumah itu ada yg menempati, karena anehnya ketika aku melihat rumah itu seperti ramai dan hangat akan sebuah keluarga, ada canda tawa dan senyuman disana. Setiap kali aku melewati rumah itu seperti ada sesuatu yg memanggilku untuk datang dan berkunjung, aneh pikirku saat itu, dan aku bertanya-tanya siapa sebenernya yg menempati rumah itu. Sampai akhirnya aku tahu bahwa rumah itu kosong, hanya sesekali orang yg membersihkan rumah itu.

Suatu malam aku bergegas pergi ke tempat fotocopy karena membutuhkan berkas tertentu untuk esok hari. Sekitar jam sembilan malam, awalnya aku ragu untuk keluar karena memang suasana di tempat tinggal baru itu cukup aneh dengan rumah kosong disamping rumah, ada pohon rambutan dan pohon bambu yg kurang pencahayaan, tapi mau tidak mau aku harus keluar, karena memang aku membutuhkan berkas itu untuk besok pagi. Ku putuskan pergi sembari menggunakan earphone, tidak mau aku melihat kesekelilingku yg kulakukan hanya menunduk sambil sedikit berlari. Namun tetap saja aku melihat apa yg terjadi ketika aku melewati pohon rambutan, "tingali si eneng eta sieunen" ujar seseorang di pohon itu padahal aku sudah menggunakan earphone namun tetap saja terdengar suara itu. Kemudian di belakangku ada anak kecil yg mengikuti, malu-malu awalnya. Aku tidak ingin diikuti siapapun, apalagi hal-hal semacam itu  karena buat apa fikirku. Ketika aku melewati rumah itu sendirian jelas sekali aku melihat ada orang yg jongkok di depan gerbang sambil mengahatakan "hush" keras sekali spontan aku lari.

Aku melihat wajah-wajah pucat pasi penuh darah di rumah itu entah dari mana. Mereka seperti satu keluarga, ada kakek tua, tante belanda cantik dengan gaun putih khas orang Belanda, anak-anak kecil dan pria dewasa disana berseragam tentara belanda tanpa kepala, mereka menyunggingkan senyumnya padaku seolah menyambutku. Aneh, itu yang aku rasakan karena seketika aku merasa bulu kudukku berdiri. Setiba di kamar, aku hanya terdiam memikirkan hal yang aku lihat, apakah yang aku lihat itu benar atau sekedar halusinasiku saja? Tapi jika aku halusinasi mengapa mereka ingin berbicara denganku dan aku bisa melihat dan mendengar apa yg mereka katakan, terutama anak laki-laki ini. Mereka datang silih berganti ke kamarku pada awalnya mereka tidak berkata apa-apa, hanya melihat seolah menyelidiki dari mana asal usulku. Mereka tidak sedikitpun menakutiku, mereka datang padaku dengan hati-hati agar aku tidak merasa takut. Keesokan harinya aku mencoba mendiskusikan apa yg akua lihat dan aku dengar kepada seseorang yg mengerti akan hal ini. Aku bertanya apakah aku behalusinasi? Tapi kenapa itu begitu jelas tanyaku. Dengan suara sedikit tersenyum dia mengatakan bahwa apa yg aku lihat itu memang benar adanya. Ada satu keluarga Belanda yg menyukaiku. Awalnya aku takut, takut terjadi apa-apa denganku jika mereka menyukaiku, namun dia mengatakan tidak akan terjadi apa-apa karena mereka menyayangiku dan merasa kasihan padaku. Loh kasihan? Pikirku bukankah yg harus dikasihani mereka, namun seperti yg aku sebutkan tadi sebelum mereka benar-benar memberikan perhatiannya padaku mereka mencari asal usulku dan mereka mengetahui ceritaku, yg sedikit pilu. Hingga akhirnya diantara mereka benar-benar ingin mendekat dan mengikuti kemanapun aku pergi. Awalnya aku seperti orang bodoh yang berbicara sendiri. Ketika itu aku sedang pergi ke suatu tempat, lalu anak ini mengikutiku dengan semangat dan tersenyum manis layaknya anak pada umumnya namun ya dengan wajah pucat pasi, rambutnya berkilau bak emas dibawah sengatan matahari, kemeja putih baju anak belanda yg khas dipakai ketika pergi ke sekolah, kaos kaki putih selutut dan sepatu coklat itulah penampilan dia pertama kali mengikutiku.

Kemudian dia berceloteh "aku senang bisa menikmati indahnya kota ini" aku pun penasaran "kenapa? bukannya km tinggal di kota ini, km pasti sudah tau seluk beluk kota ini" dia menyeringai "dulu sekali aku bisa menikmati indahnya kota ini, dan kini banyak yg berubah, sudah lama aku tidak pernah jauh dari rumah selalu bersama tante dan om" Aku terdiam. Jadi, anak ini tidak pernah pergi jauh dari rumah yg mereka tempati itu. Tidak banyak yg kami bicarakan pada awalnya hanya aku melihat betapa antusiasnya dia ikut bersamaku seakan sedang bertreveling melihat bangunan dan tempat yg kami lewati. Aku bertanya "kenapa km mengikutiku?" Jawabnya ringkas "aku hanya ingin melindungimu" kembali aku terdiam melindungi dari apa. Entahlah aku tidak mengerti. Aku tidak menanyakan namanya karena ku pikir nanti juga dia akan pergi dan tidak bertemu denganku lagi. Tapi nyatanya kemanapun aku pergi dia selalu ada bersamaku. Ketika aku di kamar dia pun akan ada disana, duduk didekat pintu menemani. Lucu sekali tak jarang sesekali aku tersenyum melihat tingkahnya, karena dia hanya anak kecil 10 tahun mengapa dia ingin menjaga dan menemaniku, bukankah dia yg seharusnya butuh penjagaan. Dia hanya menerangkan "aku tidak takut dengan wanita jahat, aku tidak takut dengan nippon, tidak ada yg kutakuti jika aku bersama tante dan om keluargaku, dan tentu bersamamu." Beberapa waktu berlalu, aku pun mulai tertarik untuk menanyakan namanya. Dengan wajah sumbringah dia berkata "aku Steven Van Wijck." Nama yg pas untuk anak ganteng dan menggemaskan seperti dia.

Kami mulai berbagi cerita, ketika aku tiba-tiba menangis karna suatu hal dia akan bertanya "kenapa km menangis siapa yg sudah membuatmu menangis?" Dan ketika aku mulai bercerita tak jarang pula dia ikut menangis, seolah merasakan apa yg aku rasakan. Anak ini memang memiliki hati yg lembut dan pikiran dewasa sehingga tak jarang aku berpikir bahwa dia bukan anak kecil. Terkadang dia mengatakan "andai aku masih hidup akan kubawa km bersamaku ke netherland agar km bahagia" Padahal dia juga tinggal disini di Hindia Belanda a.k.a Indonesia, dia belum pernah menginjakan kaki di negara asal orang tuanya itu. Namun dia selalu membual tentang Netherland. Sedikit demi sedikit dia mulai bercerita kepadaku tentang dia semasa hidup.

Steven Van Wijck adalah anak dari salah satu peneliti di kota ini. Ayahnya begitu suka dengan ilmu pengetahuan terutama di bidang Arkeologi, itulah salah satu yang menjadi alasan mengapa keluarga Van Wijck pindah ke Hindia-Belanda. Ayahnya Peter Van Wijck begitu menyayangi Steven, kasih sayangnya ia curhakan untuk anak semata wayangnya itu, tapi tidak dengan ibunya. Ibunya Stefany Vandeberg tidak begitu menyayanginya, karena yang dia lakukan di Hindia Belanda hanya selalu meminta pulang ke Netherdland karena memang itu tempat ternyaman untuknya. Stefany adalah anak seorang bangsawan disana, segala sesuatu tecukupi, dia adalah wanita yang cantik nan anggun. Singkat cerita Stefany bertemu dengan Peter di suatu ladang, Peter memang sosok lelaki yg tampan, pintar, lugu dan tentu saja cuek. Konon katanya saat itu peter sedang melakukan penelitian tak jauh dari kediaman Vandeberg. Mereka saling jatuh cinta dan memutuskan menikah. Namun sayang kecintaan peter terhadap ilmu pengetahuan sangat luar biasa, yg terkadang bisa membuatnya lupa waktu, itulah salah satu yg tidak disukai stefany, karena dia beranggapan bahwa peter tidak benar-benar mencintainya. Sampai akhirnya peter mendapat tugas untuk melakukam penelitian ke Hindia Belanda yg menurut informasi sangat kaya akan kekayaan alamnya. Peter sangat antusias sekali, namun tidak dengan Stefany "apa gunanya melakukan penelitian di negeri jajahan" dengan wajah sinis.
"Sayang Hindia Belanda sangat subur dan memiliki banyak kekayaan alam, kamu pasti akan suka tinggal di kota yg akan kita tempati disana sejuk, dan apapun yg km inginkan ada disana." Walau demikian Stefany tetap bersikukuh tidak ingin meninggalkan Netherland, namun tetap saja dia harus mengikuti tugas suaminya, karena itu diperintahkan langsung oleh pihak kerajaan, sehingga mau tidak mau dia pun harus mengiyakan.

Setibanya di Hindia Belanda keluarga Van Wijck langsung mendatangi kota yg dituju yakni Buitenzorg.
Salah satu kota peristirahatan yg memiliki banyak hal yg bisa dijadikan bahan penelitian. Tak lama setelah pindah ke Hindia Belanda Stefany hamil, berkat kehamilannya ini dia begitu merasa dicintai oleh Peter, karena Peter selalu ada untuknya tidak bagitu larut dengan penelitian-penelitian yg dia lakukan. Apapun yg Stefany mau selalu dituruti oleh Peter. Sehingga, Stefany merasa betah berada di Hindia Belanda.
"Kenapa tidak dari dulu kau melakukan ini padaku? Aku sempat berfikir bahwa kau tidak mencintaiku peter" ujar stefany
Peter merangkul dan tersenyum "Mana mungkin aku menikahimu jika aku tidak mencintaiamu, hanya saja sekarang aku berfikir bahwa kita akan memiliki penerus yg harus kita jaga, aku berharap anak kita laki-laki agar bisa menjagamu." Stefany selalu cemburu dengan penelitian yg dilakukan Peter, bagaimana tidak karena Peter menghabiskan banyak waktu dengan itu. Hingga akhirnya Stefany melahirkan buah cintanya dengan Peter, penerus keluarga Van Wijck, anak laki-laki yg tampan sesuai harapan Peter. Kemudian Peter Van Wijck memberi nama anak itu Steven Van Wijck. Steven adalah nama yg diberikan ayahnya sebagai tanda cintanya pada ibunya Stefany dengan dalih Peter akan selalu mencintai Steven seperti dia mencintai Stefany. Sejak Steven lahir Peter menjadi lebih sering berdiam di rumah dan melakukan penelitiannya di rumah. Peter sangat menyayangi Steven, namun tidak dengan Stefany. Dia merasa anak itu telah merebut cinta Peter untuknya. Steven tumbuh menjadi anak laki-laki yang tampan, berkulit putih seperti kedua orang tuanya, berambut kuning kecoklatan mirip seperti ibunya. Mungkin itulah yg membuat Stefany merasa tersaingi karena Steven sangat mirip dengan dirinya karena memang dia adalah anaknya.

Tidak banyak yang dia ceritakan tentang ibunya itu, meski dia terlihat tertekan jika membicarakan tentang ibunya, tetap saja dia selalu mengatakan "aku rindu mama". Anak memang memerlukan ibunya. Dia hanya mengatakan bahwa "mama pergi dari rumah, dia mengatakan bahwa dia pulang ke Netherland tanpa membawaku. Aku ditinggalkan bersama papah, di Hindia Belanda. Dan sejak mama pergi, papa kehilangan hidupnya, dia lebih banyak  menghabiskan waktu di ruang kerjanya ". Hanya itu yg dia katakan. Tidak jarang dia mengatakan padakau bahwa dia akan ke netherland, dan dia selalu mengatakan bahwa dia akan mengajakku kesana bertemu dengan keluarganya disana. Sungguh mulia hati anak lugu ini. Entah kenapa dia selalu ikut bersamaku. Dia merasa bahwa dia harus melindungiku, dia merasa iba dengan hidupku, aneh bukan? Karena yg harus dikasihani adalah dia. Lucunya aku akan ikut menangis jika dia menangis, begitupun dengannya, akan ikut menangis jika aku mulai menangis. Dia akan bertanya "kamu tak boleh menangis, aku akan menjagamu, tidak perlu menangis ayo kita beli choco es krim" Karena memang salah satu makanan favoritnya adalah es krim rasa coklat. Memang aneh bisa berteman baik dengan dia. Tapi ya inilah kisah kami. Kami berbagi kisah kami bersama.

Hingganya masa-masa sulit itu datang. Masa sulit untuk kebanyakan keluarga Belanda alami ketika Nippon mulai datang ke Hindia Belanda. Sebelumnya Peter sudah mendengar akan datangnya Nippon, namun dia tak begitu menghiraukannya karena dia bukanlah anggota militer yg akan dicari oleh pasukan Nippon. Di sekolah Steven mendengar hal yg sama, dan kebanyakan teman-temannya pergi dari Hindia-Belanda. Begitupun dengan Stefany, yg tidak ingin hidupnya sia-sia di negeri jajahan, dia pergi meninggalkan Peter dan Steven tanpa memberi tahu, hanya sepucuk surat yg dia tinggalkan. Steven berusaha meyakinkan papa untuk kembali ke Netherland karena Nippon itu kejam, jahat, dan tidak punya ampun seperti yg orang-orang katakan.

Aku berkata kepada papa, "papa ayo kita kembali ke netherland bertemu mama, nippon sudah datang, aku takut papa"
Namun papa meyakinkanku tidak ada yg perlu ditakuti. "Kau tak perlu takut nak, hidup kita disini, jika pun kita harus mati kita mati disini, kau tak boleh takut dengan nippon." Papa memang sudah jatuh cinta dengan Hindia Belanda.
Aku hanya terdiam, kembali ke kamarku.

Steven pun berfikir bahwa mengapa dia harus takut, karena ada papa bersamnya, dan jikapun harus mati dia akan mati bersama papa disini, di tanah hijau ini.
Hari itu dia seperti biasa pergi ke sekolah diantar papa, "Kau tak perlu takut sayang, belajar dengan giatlah, agar kau bisa seperti papa, tutup telingamu jika kamu takut" ujar peter pada anak semata wayangnya itu. "Semua akan baik-baik saja" peter meyakinkan. Peter memang menginginkan Steven untuk bisa menjadi seperti dirinya kelak, dan memang Steven memiliki gen yg bagus, dia memiliki otak yg cerdas, dengan mudah bagi dia untuk bisa menyerap pelajaran.  Anak-anak yg bersekolah setiap hari semakin berkurang. Semua orang ketakutakan tentang kedatangan Nippon yg kejam.

"Aku merasa takut bersekolah, apalagi mendengar cerita tentang nippon" ujarnya
"Tapi aku tak perlu takut karena papa mengajariku untuk tidak takut dengan nippon" .
Hari itu terasa berbeda, semua orang ketakutan. Aku pulang sekolah dijemput seseorang suruhan papa. Aku merasa takut karena ini memang tidak seperti biasanya. Tiba di rumah aku langsung disuruh sembunyi olehnya. Aku bingung kenapa, "papa dimana?" tanyaku pada paman vedrik teman papa. Namun dia tak menjawab. Aku bersembunyi di gudang bawah tanah, ditemani paman vedrik. Aku bingung kenapa kami harus bersembunyi, tiba-tiba pintu rumah terbuka bunyinya sangat nyaring, seperti didorong dengan paksa. Aku semakin takut dan memeluk paman vedrik. Mereka mencari papa entah untuk apa. Namun papa tidak ada di rumah saat itu. Hanya aku dan paman vedrik bersembunyi di gudang bawah tanah. Kupikir mereka sudah pergi lalu aku beranikan diri untuk melihat keadaan, sambil mengendap-endap, aku melihat mereka sudah menaiki mobil memang seram, mereka membawa senjata bukan hanya pistol tapi sesuatu yg penjang seperti pisau. Ketika aku akan kembali ke gudang tiba-tiba ada satu nippon memergokiku, aku segera lari tp kekuatanku lebih kecil darinya, dan dia menebas kepalaku, kurasakan bahwa semua menjadi dingin. Dan saat itu kehidupan yg sesungguhnya dimulai. Aku khawatir terntang papa, aku tidak pernah bertemu papa behkan hingga saat ini.

Bersambung....